
TEMPO.CO, Jakarta – Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menyebut kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap para menteri cenderung direspons negatif oleh publik. Dalam video yang diunggah Sekretariat Kepresidenan, Jokowi marah kepada para menterinya terkait penanganan Covid-19.
Ketua Dewan Pengurus LP3ES, Didik J. Rachbini, mengatakan temuan ini didapat dari analisis big data bersama Drone Emprit mulai 28 Juni-3 Juli.
Didik mengatakan sebanyak 45 persen publik dengan sentimen negatif dan hanya 25 persen yang merespons positif. Sedangkan yang merespons netral sebesar 31 persen.
“Respons terhadap Jokowi marah kebanyakan negatif. Orang sudah mulai kritis, seperti itu tidak sepatutnya. Apalagi itu sengaja dilempar ke publik untuk jadi drama,” kata Didik dalam diskusi virtual, Senin, 6 Juli 2020.about:blank
Didik mengatakan data sentimen tersebut diperoleh dengan mencermati perbincangan di media massa online dan media sosial, baik Twitter, Facebook, Youtube, dan Instagram.
Dia merinci, ada lebih dari 6.000 berita di media online terkait kemarahan Jokowi. Dalam video itu, Jokowi bahkan mengancam akan mengocok ulang atau reshuffle kabinet. Didik menyebut mayoritas respons di media daring cenderung netral.
Adapun di media sosial, perbincangan paling banyak terjadi di Twitter dengan 63.846 cuitan. Cuitan dengan sentimen negatif sebanyak 30.441, positif 15.693, sedangkan netral sebanyak 17.710.
Menurut Didik, kemarahan Jokowi di depan publik itu malah mencerminkan kegagalan sebagai pemimpin. Marah, kata dia, juga menunjukkan manajemen perencanaan, program, kebijakan, dan kualitas sumber daya manusia yang tak memadai.
“Marah pemimpin di depan publik cerminan pengakuan kinerja yang rendah, tetapi kemudian menjadi trending isu dan drama, yang menutupi kinerja rendah tersebut,” ujar Didik.
Link: https://nasional.tempo.co/read/1361919/jokowi-marah-lp3es-respon-publik-negatif/full&view=ok