Jakarta, CNN Indonesia — Akun Call Center (CS) bank palsu beraksi menipu di Twitter dengan cara menjerat nasabah yang sedang membutuhkan bantuan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Analis media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi dalam acara webinar tentang perlindungan data pribadi yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu), Senin (25/10).
Ismail menyebut bahwa orang yang sedang protes terhadap keluhannya adalah kesempatan bagi penipu untuk menawarkan ‘jasa’.
“Orang memiliki masalah membuka kesempatan bagi orang jahat atau penipu untuk masuk dan melancarkan aksinya,” kata Ismail seperti dikutip dar webminar tersebut.
Para penipu ini menggunakan akun palsu yang dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan akun resmi dari bank yang bersangkutan. Dari data yang Ismail paparkan, dari sekian banyak CS bank, yang paling besar menjadi target adalah halo BCA kemudian diikuti LiveChat BRI, Mandiri Care dan BNI LiveChat.
“Jadi mereka adalah akun-akun yang kalau dicek followers nya nol atau satu, dan baru dibuat, gambarnya seolah-olah gambar dari akun [resmi]nya sana,” imbuh Ismail.
Ismail memberikan contoh pada akun palsu yang mengatasnamakan LiveChat BRI. Saat akun dari bank BRI ini memposting sesuatu yang valid, sering kali akan ada nasabah yang membalas postingan tersebut dengan keluhan yang ia alami dan meminta solusi.
Pada saat ini, akun palsu itu akan menghubungi nasabah dan menawarkan solusi layaknya akun cs asli. Bedanya, akun palsu ini akan mengarahkan nasabah untuk mengklik link yang akan terhubung langsung dengan kontak WhatsApp dari penipu.
“Ketika chat foto kontaknya dan namanya sudah BRI namun mereka menggunakan nomor HP biasa saja, tapi cara mereka ngomong atau telepon itu sudah persis dengan Call Center,” ujar Ismail.
Ketika ini lah para penipu akan meminta data pribadi yang rinci dari nasabah. Data ini dapat disalah gunakan oleh penipu.
Ismail menyebutkan bahwa data dari periode Januari sampai Mei 2021, aksi penipuan dengan mengatasnamakan cs bank kian marak. Banyak akun berseliweran dan separuh dari akun tersebut atau 47,7 persen adalah akun penipu.
Sampai berita ini ditulis, pihak BRI sendiri belum memberikan tanggapan terkait kasus penipuan yang mengatasnamakan bank tersebut.