Eka Santhika, CNN Indonesia | Rabu, 15/08/2018 13:52 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Pengamat media sosial Ismail Fahmi membeberkan soal siapa saja yang bertarung terkait polling pasangan Capres dan Cawapres pilihan untuk Pilpres 2019.
“Dari SNA (social network analysis) dan analisis topik ini saya jadi paham. Kubu yang satu ternyata sedang menjalankan misi memenangkan Jokowi dalam 80 polling. Kubu satunya sedang melaporkan dan curiga kalau polling-polling yang awalnya mereka menangkan ternyata kalah dalam injury time (detik-detik terakhir),” jelas Ismail ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (15/8).
Hal ini ia simpulkan berdasarkan pengamatan menggunakan software pengumpul percakapan Drone Emprit pada tagar #JokowiMenang80Polling. Tagar ini sempat menjadi tren pada Selasa (14/8).
Dari hasil pengumpulan data, didapatkan bahwa Tagar tersebut menjadi trendingdengan mendapat 397 mention. Ismail pun mengamati kata kunci lainnya ‘robot polling’. Kata kunci ini hanya mendapat 94 mention.
Lantas ia membongkar siapa saja yang mencuitkan tagar ini. Menurutnya, #JokowiMenang80Polling digunakan oleh akun-akun pendukung Jokowi Maaruf seperti @DukungCakimin, @Kuwera_ID. Cuitan dari @biawak_buas mendapat paling banyak retweet sehingga memviralkan tagar tersebut.
“Dari tebel most retweeted untuk #JokowiMenang80Polling, user biawak_buas menampilkan sebuah video berisi berbagai polling yang dimenangkan oleh JKW-MA, dan PAS kalah telak,” jelasnya.
Di sisi lain, kubu Prabowo-Sandiaga mengangkat topik terkait robot polling. Topik ini dicuitkan oleh akun @RestyCayah yang menjadi pemimpin opini (key opinion leader) dan cuitan dari @Elang_Sutajaya1 yang mendapat paling banyak retweet.
“Sementara dari tabel most retweeted untuk ‘Robot Polling’, user Elang_Sutajaya1 menampilkan screenshot bukti bagaimana dari waktu ke waktu sebuah pollingdimana PAS menang telak, lalu pada waktu tertentu dengan cepat berbalik JKW-MA yang menang.”
Lebih lanjut, Ismail menuturkan bahwa buzzer yang melancarkan serangan pemenangan cuitan ini memiliki puluhan ribu hingga ratusan ribu akun robot. Pada saat sebuah polling Twitter dilakukan, mereka akan menentukan target polling yang akan disasar. Pada saat yang tepat, ribuan atau puluhan akun digunakan untuk nge-vote salah satu target jajak pendapat.
“Dan yang kritis adalah saat-saat menjelang voting berakhir. Mereka mengerahkan sisa kekuatan untuk mendapatkan hasil vote tertinggi,” tuturnya.
Sehingga, kubu yang tidak siap dengan robot, dan hanya mengandalkan user natural, pasti tidak akan bisa mengejar dalam waktu hanya beberapa menit saja. Sebab, perilaku voting yang dilakukan oleh pengguna sesungguhnya tidak langsung mencuat secara tiba-tiba.
Hal itu, kata dia, hanya bisa terkumpul perlahan dalam jangka waktu tertentu.