Jakarta, CNBC Indonesia – Twitter menangguhkan akun pro-royalis Thailand yang terkait dengan istana. Analisis Reuters menyebutkan ini terkait dengan ribuan akun yang dibuat dalam beberapa pekan terakhir. Akun-akun tersebut menyebarkan postingan yang isinya mendukung Raja Maha Vajiralongkorn dan monarki.
Akun pro-monarki @jitarsa_school ditangguhkan setelah Reuters meminta komentar pada Rabu dari Twitter mengenai kampanye royalis di platform media sosial, dimana menjadi tempat para pengunjuk rasa mengeluarkan suara mereka agar didengar.
Para pengunjuk rasa dan royalis mengutip pentingnya media sosial dalam mendorong gerakan protes, yang telah menjadi tantangan terbesar dalam beberapa dekade bagi monarki serta pemerintahan mantan pemimpin junta Prayuth Chan-ocha.
Dibuat pada bulan September, akun @jitarsa_school memiliki lebih dari 48.000 pengikut sebelum ditangguhkan.
“Akun yang dipermasalahkan ditangguhkan karena melanggar aturan kami tentang spam dan manipulasi platform,” kata seorang perwakilan Twitter pada Minggu (29/11/2020). Dia mengatakan penangguhan itu sejalan dengan kebijakan perusahaan.
Profil akun tersebut mengatakan bahwa ia melatih orang-orang untuk program Relawan Kerajaan, yang dijalankan oleh Kantor Kerajaan. Halaman Facebook untuk Royal Volunteers School, yang memposting video pro-monarki dan berita program, juga mengidentifikasi akun Twitter sebagai miliknya.
Baik sekolah maupun markas besar Relawan Kerajaan tidak menanggapi permintaan komentar tentang penangguhan tersebut. Program “Volunteer Spirit 904” didirikan pada masa pemerintahan raja saat ini, yang dimulai pada tahun 2016, untuk membangun loyalitas kepada monarki.
Istana tidak menanggapi permintaan komentar. Mereka memiliki kebijakan untuk tidak berbicara dengan media dan belum berkomentar sejak dimulainya protes pada Juli lalu.
Dalam beberapa pekan terakhir, tagar royalis mulai menjadi tren di Twitter, platform penting bagi masyarakat yang memprotes pemerintah bahkan sebelum protes dimulai pada Juli.
Analisis Reuters menemukan bahwa lebih dari 80% akun yang mengikuti @jitarsa_school juga telah dibuat sejak awal September. Sampel 4.600 akun yang baru-baru ini dibuat menunjukkan bahwa yang mereka lakukan hanyalah mempromosikan tagar royalis atau indikasi jenis aktivitas yang tidak akan dikaitkan dengan pengguna Twitter biasa.
Sampel dari 559 retweet dari tweet akun tersebut hampir semuanya dari akun dengan karakteristik seperti bot, menurut penelitian oleh konsultan media sosial Drone Emprit.
Hashtag yang dipromosikan oleh akun yang ditangguhkan, biasanya di samping foto raja dan bangsawan lainnya, termasuk yang diterjemahkan sebagai #StopViolatingTheMonarchy, #ProtectTheMonarchy, #WeLoveTheMotherOfTheLand, #WeLoveTheMonarchy, dan #MinionsLoveTheMonarchy.
Dokumen pelatihan militer internal yang ditinjau oleh Reuters juga menunjukkan bukti kampanye informasi terkoordinasi yang dirancang untuk menyebarkan informasi yang menguntungkan dan mendiskreditkan lawan.