
TRIBUNKALTIM.CO – Pendiri Drone Emprit Academy, Ismail Fahmi menyoroti gara komunikasi 4 Gubernur di Indonesia terkait merebaknya virus Corona atau covid-19.
Adapun empat Gubernur tersebut, yaitu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Menariknya, dari keempat Gubernur tersebut ternyata ada 1 orang yang gaya komunikasinya dinilai lain sendiri.
Siapa dia? berikut ulasannya.
Di tengah kurang terbukanya informasi yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada masyarakat terkait penanganan covid-19, pemerintah daerah justru melakukan langkah progresif dalam memberikan informasi tersebut kepada masyarakat.
Hal itu diungkapkan pendiri Drone Emprit Academy, Ismail Fahmi saat diskusi daring bertajuk “Hoaks, Opini Publik, dan Pandemik Corona“, Jumat (17/4/2020).
Ismail Fahmi mengaku menyoroti gaya komunikasi empat Gubernur, yaitu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
” Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Ganjar, ketiganya membangun trust. Gaya (komunikasinya) membangun trust. Ibu Khofifah yang berbeda sendiri, tidak membangun trust tetapi membangun harapan,” kata Ismail.
Ia menerangkan, setiap kepala daerah memiliki gaya komunikasi yang berbeda ketika menyampaikan informasi terkait penanganan covid-19 di wilayahnya masing-masing.
Anies misalnya, ia membangun kepercayaan dengan cara selalu memberikan informasi terkait penyediaan kebutuhan masyarakat maupun tenaga medis, seperti alat pelindung diri dan kamar hotel sebagai tempat menginap tenaga medis untuk sementara waktu.
Hasil survei emotion analysis yang dilakukan Drone Emprit menunjukkan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Anies cukup tinggi.
Meskipun, ada rasa ketakutan terhadap penyebaran covid-19 di wilayah Jakarta, namun jumlahnya masih lebih kecil dibandingkan rasa percaya dan harapan publik dalam penanganan wabah covid-19.
“Ditunjukkannya adanya APD, itu menunjukkan dia bekerja,” ucapnya. Demikian halnya kepercayaan yang diberikan publik terhadap Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo.
Emil, sapaan akrab Gubernur Jawa Barat, kerap membagikan unggahan terkait bagaimana cara Pemprov Jabar menangani covid-19 di media sosialnya.
Seperti, misalnya, ketika Emil membagikan informasi tentang siapa yang harus mengikuti tes cepat covid-19 atau memberikan imbauan agar perantau asal Jawa Barat yang tinggal di zona merah covid-19, untuk tidak mudik sementara waktu.
“Ini juga sama metodenya. Ini proses membangun trust tersebut,” kata dia.
Misalnya, memberikan imbauan untuk tidak mudik sementara waktu, jangan menolak jenazah pasien positif covid-19, hingga saat memberikan agar sekolah diliburkan untuk sementara waktu.
“Personal touch-nya dia hadir di mana-mana. Dia banyak twit seperti ini dan masyarakat suka,” kata dia.
Adapun Khofifah lebih kerap membangun harapan kepada masyarakat.
Misalnya dengan cara mengajak masyarakat untuk senantiasa memanjatkan doa agar pandemi ini cepat berakhir.
Khofifah juga membagikan harapan agar tingkat kesembuhan pasien covid-19 di Jawa Timur terus meningkat dibandingkan angka kematiannya. “Bu Khofifah, banyak doa, ucapan semoga sembuh. Itu harapan,” kata dia.
Kepercayaan dinilai penting
Ismail menegaskan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah merupakan hal yang penting dalam menangani wabah virus corona ini.
Namun, yang menjadi persoalan adalah pemerintah pusat sejak awal kurang membuka informasi terkait penanganan covid-19 ini.
Adanya kekhawatiran bahwa masyarakat akan takut dengan informasi yang disampaikan, dinilai Ismail menjadi alasan pemerintah kurang terbuka atas informasi yang diberikan.
“Tapi apakah benar masyarakat takut terhadap data? Ternyata tidak. Hasil emotional analysis itu ternyata kebanyakan soal trust,” kata dia.
Ketakutan, imbuh dia, justru hanya menduduki peringkat ketiga di dalam survei tersebut setelah kepercayaan dan antisipasi.
“Ketika Anies bilang sekolah ditutup, waktu itu justru ramai gambar masyarakat menuju Bogor,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah perlu belajar dari China dan Singapura dalam membangun kepercayaan publik terhadap penanganan covid-19.
Sebab, berhasil atau tidaknya penanganan ini tergantung pada sejauh mana kepercayaan publik, sehingga mereka kemudian akan mendukung pemerintah dalam menanganinya.
China dan Singapura, imbuh Ismail, cukup berhasil dalam menangani pandemi ini lantaran mereka cukup terbuka atas setiap informasi kasus baru yang terjadi.
“Saya senang, sebulan setelah kasus pertama, Pak Jokowi akhirnya bilang agar datanya dibuka,” tuturnya.
Link: https://kaltim.tribunnews.com/2020/04/18/gaya-komunikasi-anies-emil-ganjar-khofifah-soal-covid-19-disorot-satu-orang-selalu-beda-sendiri?page=all.
Editor: Doan Pardede