Jakarta, CNBC Indonesia – Bermain media sosial (medsos) merupakan hal yang menyenangkan. Salah satunya dapat berkomunikasi dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia. Selain itu juga ada banyak hal positif yang dapat dipetik dari medsos.
Namun tidak sedikit juga ada hal negatif yang menghantui pengguna medsos. Lalu bagaimana caranya agar bermain medsos secara optimal?
Dihubungi oleh CNBC Indonesia, analis media sosial dari Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi membeberkan bagaimana cara memanfaatkan medsos secara optimal, juga dengan baik dan benar.
“Sekarang yang penting gini, kita bermain di sosial media tahu dulu kita bagaimana bisa memanfaatkan untuk diri sendiri. Misalnya, saya main Facebook tujuannya apa? Apa yang mau saya dapatkan manfaat dari Facebook? Saya main di Twitter, apa yang mau saya dapatkan dari Twitter? Itu yang paling penting,” ujar Ismail.
Menurut Ismail, jika bermain medsos, sebisa mungkin untuk fokus pada kelebihan pengguna yang ingin ditonjolkan, misalnya dengan karya-karya yang dibuatnya. “Bagaimana mendapatkan interaksi, berkarya lebih baik, kemudian karya-karya itu dikenal banyak orang. Dari situ dia bisa untung secara karir, bahkan ekonomi,” imbuhnya.
Menurutnya, pertanyaan seperti ‘mau ngapain di medsos?’ tepat untuk ditanyakan kepada masing-masing individu saat berselancar di berbagai platform.
“Saya kira itu yang harus ditanyakan pada orang saat bermain sosial media: ada tidak tujuan mendapatkan manfaat pengembangan pribadi dan untuk mempromosikan karya atau menggunakan media sosial untuk menyebarkan karya yang kita hasilkan,” paparnya.
Untung dan Rugi Bermain Medsos
Namun, menurut Ismail, perlu juga diketahui konsekuensi dari bermain medsos, seperti keuntungan dan kerugiannya. Untuk masyarakat biasa, keuntungan bermain medsos bisa membuat mereka berinteraksi dengan orang dari berbagai belahan dunia, bisa mendapatkan informasi terbaru, dan juga dapat menyampaikan kelebihan dan karya-karya pengguna.
“Misalnya ada orang yang sifatnya agak pemalu di dunia nyata, mungkin kalau dia muncul dengan sendirinya, keahliannya tidak terlihat oleh orang lain. Tapi ketika dia main media sosial, keahliannya terlihat. Misalnya dia membuat tulisan, lukisan, bikin karya ini dan itu, dan kemudian diapresiasi oleh publik,” ujarnya.
Apalagi medsos dapat menjangkau apapun. Pesan yang dikirim bisa langsung diterima oleh siapapun dengan mudah lewat media sosial. Tanpa harus ada proker, tanpa harus melewati jenjang ini-itu, dan tentu tanpa harus ada perantara.
“Pengguna medsos bisa memanfaatkan platform dengan baik. Bisa juga mempromosikan dagangan mereka. Karena itu yang harusnya mereka manfaatkan,” imbuh Ismail.
Untuk kerugian medsos sendiri, Ismail lebih menekankan kepada penggunanya, bukan platformnya. Sebab jika pengguna tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan media sosial dengan baik, akibatnya yang ada mereka malah dimanfaatkan oleh medsos itu sendiri.
“Dimanfaatkan dalam bentuk, biasanya yang ingin menyebarkan hoaks buat keramaian, membuat pro dan kontra. Mereka tanpa tahu, mereka diharapkan untuk ikut meramaikan dan dimanfaatkan sebagai alat saja, padahal kan mereka tidak mendapatkan untung dari situ. Mereka hanya emosinya yang sama-sama gak suka,” paparnya.
“Jadi terkadang mereka happy, tapi sebenarnya mereka dimanfaatkan oleh media sosial. Media sosial itu cenderung kayak post truth, yaitu kebenaran mengikuti perasaan,” lanjutnya.
Data Pengguna Diambil Untuk Apa?
Perlu Diketahui, berbagai macam platform medsos, seperti Facebook, Twitter, Instagram mengambil data-data pengguna untuk menargetkan iklan yang sesuai. Menurut Ismail, platform-platform tersebut mendapatkan semua data pribadi seperti tanggal lahir, pekerjaan, teman-teman, keluarga, dan jaringan pengguna tersebut.
“Terus behavior (perilaku) saat kita main sosial media, seperti nge-like dan share postingan seperti apa. Setiap klik yang kita lakukan di sosial media itu perilaku kita. Itu ditangkap semua, dan itu membantu memahami siapa kita. Kemudian kita masuk dalam kelompok mana saja,” papar Ismail.
Setelah mendapatkan data pengguna dan menaruhnya dalam berbagai macam kelompok, penargetan iklan dapat lebih optimal. Maka jangan heran, jika pengguna bisa melihat iklan-iklan yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan si pengguna.
“Kalau mereka platform kan arahnya lebih ke ekonomi. Gimana caranya dengan data kita mereka bisa mendapatkan keuntungan ekonomi yang besar lewat iklan,” tutupnya.